Langsung ke konten utama

Rikmadenda Mencari Tuhan

Rikmadenda Mencari Tuhan
Alkisah di Jonggringsaloka yaitu Kahyangan Kadewatan gempar lantaran adanya hawa panas menyengat yang membuat kahyangan seperti dalam kawah Candradimuka. Untuk mengetahui sumber dari hawa panas tersebut SangHyang Jaganata mengutus para dewa untuk menyelidiki.dan ternyata setelah diselidiki, hawa panas tersebut keluar dari tubuh seorang pangeran mahkota dari Girimustaka yang memaksa untuk naik ke Kahyangan Kadewatan. Untuk mengatasi hal tersebut, para dewa kahyangan pun menghadang langkah pangeran muda tersebut.
"wahai anak muda hendak kemanakah kamu hingga berani menginjak alam kadewatan ini," tanya Batara Narada.
"aku kesini ingin bertemu dengan SangHyang Jagatnata," kata Rikmadenda.
"untuk apa kamu ingin ketemu dengan SangHyang Jagatnata."
"aku ingin minta petunjuk tentang ilmu yang sejati yaitu ilmu Ke-Tuhanan."
"Kahyangan bukan tempat untuk menanyakan persoalan itu temuilah pendeta, kyai ataupun ustadz yang ada banyak dibumi."
"aku sudah temui mereka semua, tetapi jawaban mereka tidak ada yang memuaskan hatiku maka itu aku datang kesini untuk minta petunjuk."
"kamu tidak bisa datang kesini seenaknya tanpa ada yang mengundang kamu untuk datang kesini, sekarang pulanglah sebelum para dewa murka kepadamu !!"
"kalian tidak bisa menghalangi aku mencari petunjuk kepada SangHyang Jagatnata, minggirlah sebelum amarahku memuncak..."
Terjadilah perdebatan sengit antara Rikmadenda dengan para dewa, karena tidak ada yg mengalah maka terjadilah perkelahian antar mereka. Rupanya kesaktian Rikmadenda terlalu tinggi, sehingga para dewa tersebut kewalahan untuk menghadapinya, dan akhirnya untuk menyelamatkan diri mereka dari amukan Rikmadenda, para dewa tersebut melarikan diri ke Made Marcukunda tempat pesanggrahan Batara Guru (SangHyang Jagatnata ).
"jangan lari kalian, dasar dewa-dewa pengecut, " kata Rikmadenda dengan penuh gusar, "mereka pasti lari ke Made Marcukunda," pikirnya. "akan kususul kalian kesana."
Lalu sampailah Rikmadenda di Made Marcukunda dan langsung bertemu dengan Batara Guru.
"ada keperluan apa sampai engkau harus pergi ke kahyangan wahai anak muda," tanya Batara Guru.
"aku kepingin minta petunjuk tentang ilmu Ke-Tuhanan." jawab Rikmadenda. "aku kepingin tahu Tuhan itu siapa dan ada dimana," lanjutnya.
"wahai anak muda, Tuhan itu tak berwarna, tak berbentuk, karena itu Dia tidak dapat dilihat dan tidak dapat diperumpamakan." jelas Batara Guru.
"berarti Tuhan itu tidak ada."
"Tuhan itu ada."
"kalau Tuhan itu ada, lalu dimana." tanya Rikmadenda penasaran.
"tidak disini juga tidak disana."
"ditengah-tengah." selanya.
"tidak, tetapi Dia itu tidak jauh, karena tak usah kau cari kemana-mana."
"jadi Dia dekat."
"ya, bahkan lebih dekat dari urat leher kita sendiri."
"jadi dimana ? dalam jantung."
"tidak dimana-mana."
"habis bagaimana, tidakkah Tuhan itu laki-laki atau perempuan."
"bukan."
"banci." timpalnya.
"bukan, Dialah wujud sebenarnya wujud, Dia langgeng, bahkan Dia telah ada sebelum yang memberi nama dan mengucapkannya ada, dan Dia tetap ada walaupun yang memberi nama dan mengucapkannya musnah."
"lalu dimana aku bisa melihatnya." tanya Rikmadenda semakin penasaran.
"Tidak dapat dilihat karena Dia tidak kasatmata. Tuhan itu Dzat sejati Yang Maha Suci, Yang Bijak Bestari tak kurang suatu apa, terang benderang memancar dari kodratKu."
"jadi Tuhan itu Paduka."
"Tuhan itu Aku."
"kalau Tuhan itu Paduka mengapa bisa dilihat."
"yang kau lihat bukan Aku tetapi Batara Guru."
"Kalau Batara Guru jadi dimana Tuhan." katanya gusar.
"Paduka jangan main-main, jangan suka membodohi orang, bagaimana manusia bisa pintar jika batara guru sebagai gurunya manusia saja bersikap begini."
Rikmadenda semakin gusar karena merasa dipermainkan, sampai akhirnya karena tidak bisa membendung emosinya, dia berkelahi dengan Batara Guru, hingga akhirnya Batara Guru harus melarikan diri ke Pitungwiung tempat bertapanya SangHyang Tunggal. Rikmadenda pun menyusul kesana.
"betulkah engkau mencari Tuhan." tanya SangHyang Tunggal dengan arif.
"betul."
"sudah bertemu apa belum."
"belum."
"kamu mencari Tuhan untuk kepentingan kamu sendiri atau orang lain."
"untuk kepentingan sendiri dan juga untuk kepentingan orang lain."
"engkau mencari sesuatu sudahkah engkau pernah melihatnya."
"belum."
"engkau menghendaki sesuatu sudahkah engkau pernah mempunyainya."
"belum."
"engkau mempelajari sesuatu sudahkah engkau pernah mengetahuinya."
"belum." jawab Rikmadenda bingung
"kalau begitu lebih baik kamu pulang."
"SangHyang Tunggal itu gimana, saya mencari itu karena saya belum pernah melihatnya, kalau saya sudah tahu saya tidak bakalan mencari." katanya gusar.
"kalau kamu mencari sesuatu itu mestinya kamu sudah pernah melihatnya, bagaimana kamu menemukan sesuatu jika kamu belum pernah melihatnya. jika kamu mencari ayam kamu harus sudah tahu apa itu ayam. sehingga jika orang menunjuki kamu musang, kamu bisa tahu jika itu bukan ayam. tapi jika kamu tidak tahu apa itu ayam maka musang itu bisa kamu anggap ayam " terang SangHyang Tunggal dengan arif.
Mendengar penjelasan dari SangHyang Tunggal yang dianggapnya berbelit-belit itu, Rikmadenda menjadi naik darah, dianggapnya SangHyang Tunggal telah mempermainkan dirinya. maka dihajarnya SangHyang Tunggal sampai dia akhirnya harus lari minta perlindungan kepada SangHyang Wenang.
"kalau menghadapi orang yang datang bertanya itu, perhatikan dulu bagaimana orangnya, bagaimana alam pikirannya, kalau sudah tahu, baru kita jawab pertanyaannya sesuai dengan alam pikirannya. kalau masih bocah, hadapi sebagaimana menghadapi bocah, pakai bahasa yang bisa dimengerti bocah. kalau orang tua, hadapilah sebagaimana layaknya menghadapi orang tua." nasehat SangHyang Wenang kepada SangHyang Tunggal dan SangYang Jagatnata yang datang menghadap.
Lalu tidak seberapa lama datang Rikmadenda di hadapan SangHyang Wenang.
"apa benar kamu sedang mencari Tuhan, Rikmadenda." tanya SangHyang Wenang.
"benar Paduka." jawab Rikmadenda.
"kulihat engkau mencarinya dengan sungguh-sungguh, dari marcapada naik ke Kahyangan lalu ke Pitungwiung, untuk apa engkau mencari Tuhan, kalau sudah ketemu kamu ingin apa." tanya SangHyang Wenang.
"saya ingin tahu Tuhan itu ada dimana, karena jika sudah tahu tempatnya, nanti jika sewaktu-waktu saya berbuat salah dan tersadar darinya, saya bisa dengan mudah minta ampun kepada-NYa." jawab Rikmadenda.
"Tuhan yang kau cari itu tidakkah Tuhan Yang Maha Suci ?"
"benar Paduka."
"engkau merasa dirimu suatu kali akan melakukan dosa lalu ingin bertemu dengan-Nya untuk minta ampun, mana bisa ?Tuhan Yang Maha Suci itu tidak mau bertemu dengan makhluk kotor bergelimang dosa, karena kesucian itu dijauhkan dari lumpur dosa. Tetapi Tuhan itu Maha Pemurah yang bersifat Rahman dan Rahim, tidak perlu engkau datang menemuinya untuk minta ampun, cukup hanya bertobat dengan sesungguh hati maka kamu akan diampuni." terang SangHyang Wenang dengan sabar.
tetapi perbincangan mereka terputus oleh kedatangan Kreshna.
"hamba menghadap SangHyang Wenang." sembah Kreshna.
"ada keperluan apa kamu menghadap kesini Kreshna." tanya SangHyang Wenang.
"hamba merasa gelap melihat dunia, mengapa orang yang sukanya membuat onar, huru-hara, dan senang mencelakai orang lain, sekarang mendapat rahmat dari Tuhan." protes Kreshna.
"siapa yang kau maksud."
"Begawan Dorna, dulu dia seorang pendeta dan sekarang bisa menjadi raja, ditambah harta dan kesaktiannya semakin banyak. apakah Tuhan memang memberi angin kepada kejahatan agar dunia hancur ataukah Tuhan sekarang sudah tidak lagi bersama-sama dengan orang jujur dan sabar melainkan bersama mereka yang pembohong dan penjahat."
"Tuhan itu Maha Benar, Kreshna. maka tidak mungkin Dia membantu kejahatan untuk menghancurkan kebenaran. Tuhan itu menguji manusia tidak hanya dengan penderitaan dan kesedihan, tetapi juga dengan harta dan kekuasaan. jadi Dorna itu tidak sedang mendapat rahmat melainkan sedang mendapat cobaan."
"apa sudah habis orang baik sehingga Tuhan harus mencoba harta dan kekuasaan kepada orang jahat." sela Kreshna.
"percayakah engkau kepada Tuhan, Kreshna." tanya SangHyang Wenang.
"percaya."
"dengan sungguh-sungguh."
"ya."
"ada berapa rukun iman ?"
"enam."
"apa yang keempat ?"
"Iman kepada kitab-kitab-Nya."
"dalam kitab dilukiskan sifat dan hakikat Tuhan. kalau engkau sungguh-sungguh percaya, tidak nantinya engkau ragu akan keadilan Tuhan." terang SangHyang Wenang.
Kreshna seperti terjaga dari tidurnya begitu mendengar nasehat dari SangHyang Wenang.
"bagaimana Kreshna apakah kamu sudah percaya kepada Tuhan."
"sudah paduka, hamba tadi telah khilaf." sesal Kreshna.
"kalau kamu sudah yakin, sekarang bisakah kamu memberi petunjuk kepada Rikmadenda yang sedang mencari Tuhan ini."
"akan hamba coba Paduka."
"aku tidak sudi menerima petunjuk dari kamu, aku mau minta petunjuk kepada SangHyang Wenang." sela Rikmadenda gusar merasa diremehkan.
"kamu ingin minta petunjuk dari SangHyang Wenang atau dari Tuhan itu sendiri."
"dari Tuhan." jawab Rikmadenda jadi tertarik.
"sekarang berhadapan kamu dengan Tuhan."
"mana."
"ini." jawab Kreshna sambil menunjuk dirinya.
"ngawur kamu, ini bukan Tuhan tapi Kreshna." sela Rikmadenda.
"mana itu Kreshna, coba kamu kasih tahu, inikah Kreshna, bukan, ini bukan Kreshna tetapi dada, mana ?ini, ini juga bukan, ini tubuh, mana Kreshna." tanya Kreshna.
Rikmadenda menjadi bingung.
"mencari Kreshna saja sulit apalagi mencari Tuhan.berarti Tuhan itu tidak ada."
"Tuhan itu ada justru manusia itu yang tiada."
"kalau ada mengapa tidak bisa dilihat."
"ada dan tiadanya Tuhan itu sama."
"mana mungkin ada sekaligus tiada."
"Tuhan itu tidak mengenal keserbaduaan. Tuhan itu Maha Esa dan mengutus manusia menjadi wakil-Nya di bumi ini karena manusia memiliki sebagian dari sifat Tuhan. karena itu manusia adalah makhluk mulia. Kamu dan Aku adalah sama."
"Rikmadenda dan Kreshna sama? mana mungkin, itu jelas berbeda, tangan kamu saja kecil sedang tanganku besar."
"tanganmu kau pergunakan untuk apa ?."
"memegang."
"sama, tanganku juga kugunakan untuk memegang."
"telingamu kecil sedangkan telingaku besar."
"telinga fungsinya buat apa ?"
"mendengar."
"telingaku juga sama, fungsinya buat mendengar. tidakkah kita sama."
"iya..ya. jadi aku dan kamu itu sama ?"
"manusia diperintahkan sama-sama untuk beriman dan mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Tuhan. jika kita termasuk manusia yang beriman, pada hakikatnya kita adalah sama, musuhku juga musuhmu."
"siapa musuhmu ?"
"musuhku adalah orang yang menodai kemuliaan kita sebagai makhluk yang paling mulia yang diutus untuk menjadi wakil-Nya di bumi ini, musuhku yaitu manusia yang suka bikin onar, huru-hara, jahat, pembohong, korupsi, dan suka mencelakai orang lain. manusia-manusia seperti itu harus dimusnahkan dari bumi ini agar kemulian kita selalu terjaga."
Rikmadenda hatinya terasa sejuk setelah menerima wejangan dari Kreshna. Tuhan itu tidak jauh dari kita, maka itu kita tak perlu mencarinya. Sesungguhnya Dia itu dekat bahkan lebih dekat dari urat leher kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kecoa Telentang

TIDAK MUDAH memecahkan dilema, meski untuk soal-soal sederhana. Ini karena definisi sederhana selalu berbeda antara yang satu dan lain kepala. Sesuatu yang sederhana bagimu, bisa saja adalah soal yang rumit bagiku. Misalnya saja soal bagaimana menghadapi kecoa. Saya belum tahu untuk apa Tuhan menciptakan kecoa. Walau saya meyakini tak ada sesuatu pun yang diciptakan untuk sia-sia, tapi sejauh ini belum pernah saya dengar apa manfaat kecoa itu untuk kehidupan manusia. Para ilmuwan harus benar-benar menjawab pertanyaan orang-orang awam seperti saya ini. Maka sementara menunggu jawaban itu datang, kedudukan binatang ini cuma dikastakan sebatas serangga penghuni kakus dan comberan. Maka ia adalah hewan, yang begitu keluar wilayahnya apalagi berani terbang ke tempat-tempat yang keliru seperti lantai kamar bahkan nekat nyelonong ke ruang makan, ganjarannya adalah kematian. Pendek kata, di luar kakus dan comberan, tak ada hak hidup bagi serangga ini karena ia cuma wakil dari kekotoran. Be

PaidToClick (Klik Iklan Dapat Duit)

PaidToClick.In adalah situs penyelenggara program bisnis online gratis yang biasa dikenal dengan Paid To Click (PTC). Situs PaidToClick.in akan membayar Anda hanya untuk klik/lihat iklan selama kurang lebih 30 detik. Kelebihan situs PaidToClick.in ini adalah jumlah iklan yang bisa diklik sebanyak hingga 60 iklan per hari dan nilai minimum PayOut (menarik komisi) juga sangat kecil yaitu hanya $ 0.02 untuk member standar dan $ 0.00 untuk member upgrade, jadi PayOut bisa 2 (dua) hari sekali untuk member standar dan setiap hari untuk member upgrade. Pembayaran komisi melalui AlertPay dan PayPal dalam waktu kurang dari 24 jam, namun sebaiknya gunakan PayPal saja karena jika menggunakan AlertPay baru bisa PayOut setelah saldo minimum $ 1, jika dengan PayPal hanya butuh saldo minimal $ 0.02. Jika Anda belum punya PayPal, silahkan baca Cara Membuat Rekening PayPal-100% Gratis ini sebagai panduan. Adapun Cara Daftar dan Menghasilkan Uang dari Situs PaidToClick.In adalah sebagai berikut:

Posisi Anda Didepan Allah

“Kang…, bisa nggak kita mengetahui, kedudukan kita saat ini di depan Allah?” Tanya Dulkamdi kepada Kang Saleh. Kang Saleh hanya menghela nafas panjang. Ia pandangi sahabatnya itu lama sekali, sampai Dulkamdi kelihatan tidak enak, khawatir menyinggung Kang Saleh, atau jangan-jangan pertanyaan itu sudah masuk kedaerah rawan. Dan, cess. Airmata Kang Saleh tumpah di pipinya. Dulkamdi semakin merasakan tidak enak dibenaknya. Rasanya ingin segera pergi dari kedai itu. Tapi Pardi tiba-tiba datang, tanpa basa-basi meminta sisa kopi Dulkamdi yang tinggal seperempat cangkir. “Dul. Kita sudah lama tidak bersenang-senang. Kalau sesekali kita menuruti hawa nafsu kita, apakah nggak boleh Dul, ya?” Dulkamdi justru terdiam. Ia injak telapak kaki Pardi, memberi tanda, bahwa suasananya kurang pas bicara seperti itu. Dan Pardi jadi paham, ketika memandang Kang Saleh, yang matanya masih basah. Dua sahabat itu jadi clingukan. Tiba-tiba suara Kang Saleh terasa parau, usai Pardi bicara seperti itu.