Langsung ke konten utama

Aplikasi Berbasis Suara

"Pulsa anda sekarang adalah : dua – puluh – ribu – tiga – ratus – rupiah !” Demikian sahut operator mesin di seberang sana saat seseorang merequest cek pulsa pada penyedia layanan telepon selular.
“Pemberhentian berikutnya: halte sarinah, mohon periksa kembali barang bawaan anda dan hati-hati melangkah”, operator di dalam bus trans Jakarta mengingatkan para penumpangnya sesaat sebelum bus berhenti pada stasiun tertentu.

“Nomer antrian tiga – puluh – empat, di counter dua”, operator mesin kembali bersuara di sebuah antrian Bank.

Canggih sekali ya suara-suara tersebut ! Ternyata aplikasi berbasis suara sangat membantu manusia dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari. Rumitkah membuat program di atas ?, “Loh memang suara itu diprogram yach ?, bukannya ada mbak-mbak yang ngomong di speaker ?”. “Ya iyalah diprogram… kasihan sekali dong mbak-nya jika terlahir ke dunia ini hanya untuk nongkrongin speaker terus setiap waktu. Hi hi hi….
Silahkan download disini.
(http://ilmukomputer.org)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kecoa Telentang

TIDAK MUDAH memecahkan dilema, meski untuk soal-soal sederhana. Ini karena definisi sederhana selalu berbeda antara yang satu dan lain kepala. Sesuatu yang sederhana bagimu, bisa saja adalah soal yang rumit bagiku. Misalnya saja soal bagaimana menghadapi kecoa. Saya belum tahu untuk apa Tuhan menciptakan kecoa. Walau saya meyakini tak ada sesuatu pun yang diciptakan untuk sia-sia, tapi sejauh ini belum pernah saya dengar apa manfaat kecoa itu untuk kehidupan manusia. Para ilmuwan harus benar-benar menjawab pertanyaan orang-orang awam seperti saya ini. Maka sementara menunggu jawaban itu datang, kedudukan binatang ini cuma dikastakan sebatas serangga penghuni kakus dan comberan. Maka ia adalah hewan, yang begitu keluar wilayahnya apalagi berani terbang ke tempat-tempat yang keliru seperti lantai kamar bahkan nekat nyelonong ke ruang makan, ganjarannya adalah kematian. Pendek kata, di luar kakus dan comberan, tak ada hak hidup bagi serangga ini karena ia cuma wakil dari kekotoran. Be

PaidToClick (Klik Iklan Dapat Duit)

PaidToClick.In adalah situs penyelenggara program bisnis online gratis yang biasa dikenal dengan Paid To Click (PTC). Situs PaidToClick.in akan membayar Anda hanya untuk klik/lihat iklan selama kurang lebih 30 detik. Kelebihan situs PaidToClick.in ini adalah jumlah iklan yang bisa diklik sebanyak hingga 60 iklan per hari dan nilai minimum PayOut (menarik komisi) juga sangat kecil yaitu hanya $ 0.02 untuk member standar dan $ 0.00 untuk member upgrade, jadi PayOut bisa 2 (dua) hari sekali untuk member standar dan setiap hari untuk member upgrade. Pembayaran komisi melalui AlertPay dan PayPal dalam waktu kurang dari 24 jam, namun sebaiknya gunakan PayPal saja karena jika menggunakan AlertPay baru bisa PayOut setelah saldo minimum $ 1, jika dengan PayPal hanya butuh saldo minimal $ 0.02. Jika Anda belum punya PayPal, silahkan baca Cara Membuat Rekening PayPal-100% Gratis ini sebagai panduan. Adapun Cara Daftar dan Menghasilkan Uang dari Situs PaidToClick.In adalah sebagai berikut:

Posisi Anda Didepan Allah

“Kang…, bisa nggak kita mengetahui, kedudukan kita saat ini di depan Allah?” Tanya Dulkamdi kepada Kang Saleh. Kang Saleh hanya menghela nafas panjang. Ia pandangi sahabatnya itu lama sekali, sampai Dulkamdi kelihatan tidak enak, khawatir menyinggung Kang Saleh, atau jangan-jangan pertanyaan itu sudah masuk kedaerah rawan. Dan, cess. Airmata Kang Saleh tumpah di pipinya. Dulkamdi semakin merasakan tidak enak dibenaknya. Rasanya ingin segera pergi dari kedai itu. Tapi Pardi tiba-tiba datang, tanpa basa-basi meminta sisa kopi Dulkamdi yang tinggal seperempat cangkir. “Dul. Kita sudah lama tidak bersenang-senang. Kalau sesekali kita menuruti hawa nafsu kita, apakah nggak boleh Dul, ya?” Dulkamdi justru terdiam. Ia injak telapak kaki Pardi, memberi tanda, bahwa suasananya kurang pas bicara seperti itu. Dan Pardi jadi paham, ketika memandang Kang Saleh, yang matanya masih basah. Dua sahabat itu jadi clingukan. Tiba-tiba suara Kang Saleh terasa parau, usai Pardi bicara seperti itu.